Kamis, 11 Juni 2015



Tanpa Judul
Sabtu, 6 June 2015

Aku masih disini dengan seribu bahkan sejuta kosakata yang memenuhi pikiranku. Hari-hari yang berat sudah kulalui dengan penuh suka cita. Tiada hal yang paling indah selain kenangan bersamamu. Tapi aku masih terjebak diantara derasnya ombak yang menghantam batu karang. Masih diapit oleh dua pulau yang teramat sangat indah untuk ku tinggalkan. Masih mencoba melawan badai dan panas matahari yang datang silih berganti.
Perkenalanku dengan kamu cukup singkat satu tahun yang lalu, bahkan hampir pura-pura tidak saling mengenal. Semenjak kedekatan kita yang selalu diwarnai dengan berbagai canda tawa dan kebersamaan yang tercipta begitu saja, rasa itu pun datang dengan sendirinya. Kenyamanan sudah mengikat kita. Menyatukan dengan perasaan yang sama. Dua jiwa akhirnya bersatu untuk menyimpan cinta. Aku dan kamu menjadi kita.
Kebersamaan itu tumbuh semakin dalam seiring kita selalu berjalan berdampingan tanpa beban. Melalui hitam putih hidup ini. Bergandeng tangan untuk selalu melindungi dan menjaga. Tetap bertahan meski salah satu tersakiti.
Seiring waktu pula kamu berusaha menerima sifat dinginmu itu yang terkadang menyakitiku. Mencoba bertahan dalam diam. Masih dan akan terus berusaha melakukan yang terbaik untukmu. Tapi terkadang ada rasa ragu yang selalu datang menghampiriku. Sebelum dan semenjak kita bersama juga aku sudah merasakan sifat dinginmu yang aku kagumi itu.
Setelah kebersamaan kita selama  hampir dua tahun dan kedekatan kita selama hampir tiga bulan itu rasanya sia-sia jika mengingat semua itu. Kenangan kita ukir dalam sejarah dengan wajah bahagia dalam buliran harapan yang dulu terpendam yang akhirnya terwujud dalam sebuah kisah nyata. Disetiap pesan singkatmu dan canda tawa kita yang memecah keheningan membuatku semakin nyaman dan perasaan itu tumbuh semakin dalam.
Ketika aku diam-diam memendam perasaan ragu dalam hatiku yang seolah membangunkanku dari mimpi buruk dan menyadarkanku bahwa kamu terlalu sakit untuk kupertahankan. Keraguan itu selalu datang menghantuiku. Terlebih dia yang lebih dulu bersemayam dalam hatiku. Membuatku selalu merasa nyaman dan lebih dari yang kau berikan. Mata batinku seolah terbuka lebar dan memberi isyarat  bahwa aku bukanlah yang terbaik untukmu.
Merasakan pedihnya rasa disetiap malam tidurku yang ditemani tetesan air mata yang menunjukkan kelemahanku terhadap semua peluh yang selama ini membelenggu hidupku. Kuteteskan disetiap sujudku, kuucapkan disetiap butir doaku. Ketika semua berlalu secara perlahan dan semua perasaan itu sudah menguap begitu saja.

Kita saling mengucapkan selamat tinggal dan lebih memilih hidup masing-masing dengan egoku yang besar. Aku meninggalkanmu dengan rasa  bersalah. Kamu membiarkanku hidup dengan bayanganku. Semuanya berakhir ditengah jalan. Bunga itu sudah layu ditengah panasnya terik matahari.
Setelah perpisahan kita, awalnya kita masih berbagi satu sama lain. Saling menyapa dan tersenyum dan merasa masih saling memiliki satu sama lain. Itu dulu…
Iya, dulu itu sangat indah…
Sekarang…
Kita seperti tidak saling mengenal satu sama lain. Bersikap acuh tak acuh. Dan aku masih dengan gengsiku yang besar. Biarkanlah semua berlalu. Satu persatu harapan sudah gugur dan kenangan tertiup angin, terbang jauh keangkasa.
Ternyata tidak lebih dari tiga bulan. Dan aku hanya mengagumimu saja. Iya, tidak lebih dari itu. Sampai sekarang, aku masih dihantui dengan perasaan bersalah yang terkadang membuyarkan konsentrasiku dan menghilangkan fokusku.
Aku mencoba tersenyum dibalik kesedihan. Melewati hidup sendiri tanpa tekanan dan paksaan. Terkadang aku senang jika sendirian, terkadang juga aku merasa kesepian. Tapi aku lebih senang jika ada seseorang yang selalu ada untukku dan membuatku selalu tersenyum. Aku menyayangimu lebih dari apapun. Tapi yang kamu tau aku hanyalah batu karang yang sangat keras sampai ombak tak mampu memecahkan setiap keping bagian yang kumiliki.
Biarkan semuanya berlalu, aku hanya ingin kita seperti dulu lagi, kasih. Merangkai cerita, cita, dan cinta yang dulu pernah terputus karena suatu hal yang harusnya tidak patut kita perbincangkan. Beribu bahkan berjuta kosakata dalam berbagai bahasa tidak mampu mewakili perasaanku saat ini. Terlalu banyak kata yang berkutat dipikiranku.
Tapi aku masih berusaha dan akan terus berusaha menerima semua ini. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu, aku akan selalu membuatmu tersenyum, yang bisa menuntunmu saat kau ragu, dan yang bisa mengerti serta memahami keinginanmu.
Kini umurmu sudah bertambah, kamu terlihat lebih dewasa dari biasanya. Gadis lesung pipi yang hanya tersenyum saja, yang hanya bisa kupandang dari kejauhan. Maaf, aku teramat sangat menyayangimu, Renatha Senja Vannisa…
“Karena hanya kamulah kenangan paling berharga, teman paling baik, sahabat yang tak tergantikan, kebersamaan yang hangat, dan cinta yang terlalu dalam…”                     

#TanpaNama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar