Kamis, 11 Juni 2015



Hilang
                                                        Jum’at, 12 Juni 2015

Sulit untuk menemukannya
Diantara beribu bahasa
Bahkan berjuta kata
Yang memenuhi setiap sudut otakku
Aku masih tidak mampu
Mengungkapkannya…

Semuanya terlihat lebih dewasa
Senja masih menghubungkan cakrawala
Berjalan berdampingan dengan mentari
Musim pun sudah berganti
Tapi aku masih jalan ditempat disini
Kumenginginkannya…

Diantara goresan tinta yang kuciptakan,
Diantara pengalaman yang kualami,
Diantara kenangan yang kuukir,
Diantara yang datang silih berganti,
Rasanya semua kata-kata itu..
Sudah menguap begitu saja,
Tak berbekas sama sekali…

Inspirasi dan motivasi mulai berguguran
Mungkin..
Karena harapan sudah terbang jauh
Mungkin..
Semua tentangmu sudah tak kuingat lagi
Mungkin..
Tidak ada lagi yang seperti ini…


#TanpaNama


Bintang Tak Sempurna

Laksana senja diujung cakrawala
Bagaikan angin menerbangkan gelisah didada
Seperti air mengalir mengikuti alur dunia
Ketika hujan menghapus air mata
Bayangmu datang bagaikan lentera
Menerangi malam memecah kesendirian
Mengusik lembut penuh senyuman manja
Kerlipan cahaya bak kunang-kunang menari
Rasi bintang seiring musim terus berganti
Kamulah salah satu dari bagian-bagian itu
Menghubungkan setiap titik dihatiku
Menutupi kekurangan, melengkapi kesempurnaan
Tetaplah terjaga denganku disini
Hingga bagian-bagian itu
Bisa terisi penuh dengan semangat darimu
Tak akan redup lagi sinarnya
Jangan pernah lelah menemani
Biarkanku bersandar disini
Wahai bidadari…
Aku tanpamu bagaikan
bintang tak sempurna…


#TanpaNama


Tanpa Judul
Sabtu, 6 June 2015

Aku masih disini dengan seribu bahkan sejuta kosakata yang memenuhi pikiranku. Hari-hari yang berat sudah kulalui dengan penuh suka cita. Tiada hal yang paling indah selain kenangan bersamamu. Tapi aku masih terjebak diantara derasnya ombak yang menghantam batu karang. Masih diapit oleh dua pulau yang teramat sangat indah untuk ku tinggalkan. Masih mencoba melawan badai dan panas matahari yang datang silih berganti.
Perkenalanku dengan kamu cukup singkat satu tahun yang lalu, bahkan hampir pura-pura tidak saling mengenal. Semenjak kedekatan kita yang selalu diwarnai dengan berbagai canda tawa dan kebersamaan yang tercipta begitu saja, rasa itu pun datang dengan sendirinya. Kenyamanan sudah mengikat kita. Menyatukan dengan perasaan yang sama. Dua jiwa akhirnya bersatu untuk menyimpan cinta. Aku dan kamu menjadi kita.
Kebersamaan itu tumbuh semakin dalam seiring kita selalu berjalan berdampingan tanpa beban. Melalui hitam putih hidup ini. Bergandeng tangan untuk selalu melindungi dan menjaga. Tetap bertahan meski salah satu tersakiti.
Seiring waktu pula kamu berusaha menerima sifat dinginmu itu yang terkadang menyakitiku. Mencoba bertahan dalam diam. Masih dan akan terus berusaha melakukan yang terbaik untukmu. Tapi terkadang ada rasa ragu yang selalu datang menghampiriku. Sebelum dan semenjak kita bersama juga aku sudah merasakan sifat dinginmu yang aku kagumi itu.
Setelah kebersamaan kita selama  hampir dua tahun dan kedekatan kita selama hampir tiga bulan itu rasanya sia-sia jika mengingat semua itu. Kenangan kita ukir dalam sejarah dengan wajah bahagia dalam buliran harapan yang dulu terpendam yang akhirnya terwujud dalam sebuah kisah nyata. Disetiap pesan singkatmu dan canda tawa kita yang memecah keheningan membuatku semakin nyaman dan perasaan itu tumbuh semakin dalam.
Ketika aku diam-diam memendam perasaan ragu dalam hatiku yang seolah membangunkanku dari mimpi buruk dan menyadarkanku bahwa kamu terlalu sakit untuk kupertahankan. Keraguan itu selalu datang menghantuiku. Terlebih dia yang lebih dulu bersemayam dalam hatiku. Membuatku selalu merasa nyaman dan lebih dari yang kau berikan. Mata batinku seolah terbuka lebar dan memberi isyarat  bahwa aku bukanlah yang terbaik untukmu.
Merasakan pedihnya rasa disetiap malam tidurku yang ditemani tetesan air mata yang menunjukkan kelemahanku terhadap semua peluh yang selama ini membelenggu hidupku. Kuteteskan disetiap sujudku, kuucapkan disetiap butir doaku. Ketika semua berlalu secara perlahan dan semua perasaan itu sudah menguap begitu saja.

Kita saling mengucapkan selamat tinggal dan lebih memilih hidup masing-masing dengan egoku yang besar. Aku meninggalkanmu dengan rasa  bersalah. Kamu membiarkanku hidup dengan bayanganku. Semuanya berakhir ditengah jalan. Bunga itu sudah layu ditengah panasnya terik matahari.
Setelah perpisahan kita, awalnya kita masih berbagi satu sama lain. Saling menyapa dan tersenyum dan merasa masih saling memiliki satu sama lain. Itu dulu…
Iya, dulu itu sangat indah…
Sekarang…
Kita seperti tidak saling mengenal satu sama lain. Bersikap acuh tak acuh. Dan aku masih dengan gengsiku yang besar. Biarkanlah semua berlalu. Satu persatu harapan sudah gugur dan kenangan tertiup angin, terbang jauh keangkasa.
Ternyata tidak lebih dari tiga bulan. Dan aku hanya mengagumimu saja. Iya, tidak lebih dari itu. Sampai sekarang, aku masih dihantui dengan perasaan bersalah yang terkadang membuyarkan konsentrasiku dan menghilangkan fokusku.
Aku mencoba tersenyum dibalik kesedihan. Melewati hidup sendiri tanpa tekanan dan paksaan. Terkadang aku senang jika sendirian, terkadang juga aku merasa kesepian. Tapi aku lebih senang jika ada seseorang yang selalu ada untukku dan membuatku selalu tersenyum. Aku menyayangimu lebih dari apapun. Tapi yang kamu tau aku hanyalah batu karang yang sangat keras sampai ombak tak mampu memecahkan setiap keping bagian yang kumiliki.
Biarkan semuanya berlalu, aku hanya ingin kita seperti dulu lagi, kasih. Merangkai cerita, cita, dan cinta yang dulu pernah terputus karena suatu hal yang harusnya tidak patut kita perbincangkan. Beribu bahkan berjuta kosakata dalam berbagai bahasa tidak mampu mewakili perasaanku saat ini. Terlalu banyak kata yang berkutat dipikiranku.
Tapi aku masih berusaha dan akan terus berusaha menerima semua ini. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu, aku akan selalu membuatmu tersenyum, yang bisa menuntunmu saat kau ragu, dan yang bisa mengerti serta memahami keinginanmu.
Kini umurmu sudah bertambah, kamu terlihat lebih dewasa dari biasanya. Gadis lesung pipi yang hanya tersenyum saja, yang hanya bisa kupandang dari kejauhan. Maaf, aku teramat sangat menyayangimu, Renatha Senja Vannisa…
“Karena hanya kamulah kenangan paling berharga, teman paling baik, sahabat yang tak tergantikan, kebersamaan yang hangat, dan cinta yang terlalu dalam…”                     

#TanpaNama

Senin, 13 April 2015



Tanpa Judul

Terus berlari mengejar mimpi
Dibawah terik matahari yang kami nikmati
Peluh keringat membasahi baju kami
Panas dan hujan kami lewati
Berlatih dan terus berlatih
Untuk menjadi yang terhebat dari semua ini

Stang leher dan baret menjadi saksi
Taburan bintang dan senyuman bulan
Ikut menemani langkah kami
Perjuangan dan pengorbanan tiada henti
Api dasa dharma seolah menjadi teman kami
Cikal tunas kelapa selalu dihati
Senandung lagu pramuka music langganan kami
Tenda berjajar rapi lukisan indah disore hari
Seragam cokelat selalu menghiasi tubuh kami
Terpampang nyata di kedua bola mata ini
Melihat dan memotret setiap memori
Mengamalkan pengetahuan yang kami miliki
Menjadikan hidup lebih berarti

Pramuka adalah hidup kami
Terus berprestasi untuk almamater tercinta
Tidak ingin mengecewakan lagi
Selalu berusaha dan berdoa menggapai mimpi
Tri Satya pedoman kami
Dasa Dharma tuntunan kami
Pramuka Samber Nyawa – Nyi Ageng Serang
Ambalan kami..

Iklas Bhakti Bina Bangsa, Berbudi Bawa Laksana
Satyaku Kudharmakan, Dharmaku Kubhaktikan