Kamis, 19 Februari 2015



Langit Mentari Senja


Ketika mentari mulai menutup mata
Tatapan langit menyorot tajam
Biru bersih tak ada goresan
Sepercik cahaya menyilaukan mata
Cakrawala pun bertemu dan menyatu
Melukis goresan pena yang tercipta untukmu..
Gradasi warna disertai mega-mega
Memecah keheningan dalam butiran angan
Angin sore berbisik lembut
Menyampaikan salam rinduku padamu
Terbang membawa sukma bersama raga
Merasuk jauh kedalam relung jiwaku
Tergores lembut penuh pesona
Seberkas cahaya memanjakan mata
Menanti harapan kian pasti
Diujung senja hatiku meronta
Inginku selalu dekat dengan Yang Kuasa
Meninggalkan angan dan harapan
Yang terbuang sia-sia…


ATY SLY (Denting Piano)
Selasa, 21 Oktober 2014
 
Ketika udara dingin mulai menyapa
Ketika bintang memancarkan sinarnya
Rembulan berbisik lembut
Mengusik kesendirianku
Dimalam yang tak berujung ini
Kamu hadir menemani dikesunyian malam
Terdengar samar
Desah suaramu diseberang telepon
Tenggelam dalam alunan denting piano
Kurasakan, kunikmati, dan kucerna dalam hati
Jemarimu beradu dengan not-not piano
Menciptakan nada lagu yang begitu syahdu
Terasa indah..  damai..
Memecah keheningan malam
Desah suaramu sangat bahagia kurasakan
Menembus relung sukma jiwaku
Terngiang sempurna ditelingaku
Lagu A Thousand Years dan Someone Like You menjadi saksi
Mencairkan segenggam rindu dalam hati
Yang tak bernyawa ini………
# doraemon</3

Jumat, 13 Februari 2015



Setetes Senyum Kebahagiaan
Rabu, 22 Oktober 2014

Saat mentari menaburkan sinarnya
Menghiasi disudut-sudut sekolah
Kesunyian saat pelajaran berlangsung
Ketika suara guru mulai bersahutan
Riuh anak-anak tak berdosa pun memeriahkan suasana
Pijakan langkah kaki terus menemani
Menyusuri setiap lorong disekolah ini
Saat melewati jalan koperasi
Dibalik selembar tembok
Kau berjalan lelah
Tetes keringat berubah menjadi senyuman
Terpampang nyata raut wajahmu
Diterpa angin permai dipagi hari
Disorot sinar mentari
Dihias segumpal rindu
Yang seketika mencair
Akibat pertemuan singkat yang terjadi
Persimpangan jalan itu pun menjadi saksi
Ketika senyum kebahagiaan menetes dipagi ini…


 Ini cerpen tentang persahabatan. Yaiyalah ;)

Sahabat Terindah yang Pernah Kumiliki.. 

  S
hilla, Shassa, dan Yona adalah tiga remaja kece yang gaul dan tidak cukup terkenal di sekolahnya. Mereka mulai bersahabat sejak berseragam putih abu-abu di kelas X-3. Awalnya mereka belum saling mengenal satu sama lain. Shilla remaja manis yang suka melamun dan membuat puisi itu kini satu bangku dengan Yona, remaja cantik yang sangat jail dan suka foto selfie, meski dulu mereka satu sekolah tapi tidak begitu akrab. Sedangkan Shassa anak rantauan dari desa yang tersembunyi dibalik pepohonan rimbun yang sangat suka menyanyi dan pintar acting. Perbedaanlah yang menyatukan mereka bertiga yang akhirnya membentuk suatu jalinan ikatan perasaan, yaitu persahabatan.
            Mereka selalu bersama dimana saja dan kapan saja. Belajar bersama, berkelompok, makan siang, ke perpustakaan, dan apapun yang mereka semua lakukan dengan bersama-sama. Mereka juga mudah bergaul dan baik dengan teman sekelas mereka dan juga ramah dengan guru-guru disekolah mereka.
“Tlah ku nyanyikan alunan-alunan senduku.. Tlah kubisikkan cerita-cerita gelapku.. Tlah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku.. Tapi mengapa, ku takkan bisaa sentuh hatimuuu…” , suara merdu Shassa yang hampir saja merobohkan gedung baru disekolah mereka.
“Nyanyi aja teruss kamu, Sa. Tuh abang batagor didepan hampir aja masuk selokan gara-gara denger suara kamu saking merdunya.” , ledek Shilla setelah selesai menulis goresan tintanya.
“Yeee biarin keles!! Elo aja buat puisi sok romantic buat pujaan hati lo, ‘Dari Pemuja Rahasiamu’, ceilehh emang kode dirahasiain segala. Trus yang nyanyi gue, yang masuk selokan abang batagor. Kenapa elu yang sewot??!!” ,ejek Shassa sambil sok acting menjadi tokoh antagonis yang gagal casting.
“Yah terserah gue juga keles! Kan ini hoby gue.” , balas Shilla.
“Hei hei hei.. Kok malah debat sihh?? Kan hari ini abang batagornya gak jualan, sekarang pindah profesi jualan nasi kucing dipinggir terminal, jadi gabakal masuk selokan gara-gara denger suaranya Shassa. Yaudah ke kantin aja yuk, trus ke perpus cari tugas.” , Yona mencoba melerai setelah mengupload foto selfienya ke fesbuk.
“Oh, kok lo tau??” , Shassa.
“Ya taulah, abang batagor namanya kan Sukimen. Yaudah ayok cepet ntar keburu masuk.” , jelas Yona sambil menggandeng tangan kedua sahabatnya itu.
            Canda tawa mereka selalu menghiasi hari-hari disekolah bahkan mereka menjadi center dikelas karena kejailan dan  bercanda mereka yang biasanya membuat rusuh waktu jam istirahat. Begitulah keseharian mereka, walaupun jarak rumah mereka yang terbilang cukup jauh apalagi rumah Shassa sampai harus melewati lima hutan rimba, tujuh sungai abadi, dan bentangan sawah, tapi mereka tetap bersahabat baik melalui lisan maupun tulisan. Tidak jarang waktu ujian akhir semester tiba, Shilla dan Yona berkunjung kerumah Shassa sekedar untuk berkunjung dan bermain. Sahabat adalah tempat mereka untuk bercerita, mencurahkan isi hati, yang mau mengerti dan peduli, selalu bersama dikala suka  maupun duka.
            Persahabatan mereka sangat dekat sampai tidak pernah bertengkar sama sekali dalam hal sekecil apapun. Tapi semua berubah ketika kenaikan kelas. Mereka terpisah oleh selembar tembok. Shilla dan Yona masih satu kelas, tapi Shassa beda kelas. Meski begitu mereka tetap bersahabat baik, awalnya. Lama kelamaan, semenjak mereka terpisah, mereka lebih sering sibuk dengan urusan masing-masing. Terlebih ada suatu kejadian yang benar-benar membuat mereka terpecah belah. Yona yang ternyata diam-diam menyukai teman sekelas Shassa yang juga sedang dia taksir. Berita itu diketahui dari Shilla yang selalu mampir ke kelas Shassa. Shilla yang selalu mendengar jeritan hati Shassa bahwa dia sedang menyukai salah seorang teman di kelas barunya itu. Dan Yona yang juga mencurahkan hati kepada Shilla bahwa dia tertarik pada pandangan pertama dengan orang yang disukai Shassa itu.
            Shilla semakin bingung dengan kedua sahabatnya itu yang mulai menyukai orang yang sama. Akhirnya Shilla memutuskan untuk memberitahu ke Shassa terlebih dahulu. Mendengar berita itu Shassa berterus terang, dan terjadilah perang dunia ketiga..
“Eh, Yona! Gue nggak suka ya, kalo elo sampe ngrebut cowo idaman yang lagi gue taksir. Kenapa harus elo suka sama orang yang juga gue suka?? Apa lo naruh dendam ke gue hhahhh???” , sambil mendobrak meja dengan mata melotot tepat dimuka Yona.
“Hah?? Kamu ngomong apasihh?? Siapa yang ngasih tau kamu?” , tanya Yona dengan ekspresi datar.
“Lo gausah belaga gatau gitu ya, lo pikir gue lagi acting? Lo gaperlu tau gue dapet berita darimana. Yang pasti gue gasuka kalo lo, sahabat gue sendiri ngrebut cowo yang gue suka.” , dengan suara rendah dan kali ini matanya tidak semelotot seperti tadi.
“Tapi aku juga udah mendem perasaan aku waktu pertama kali aku sama dia ketemu.”
“Gue gamau tau, kalo lo masih gamau ngalah sama gue. Mulai sekarang gaada lagi kata sahabat antara kita.” , sambil meninggalkan kelas Yona.
            Setelah kejadian sepulang sekolah itu, mereka tidak pernah bersama lagi. Yona dan Shilla pun sudah mulai berjauhan. Tidak ada lagi kebersamaan, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi kata ‘kita’.
            Tiga bulan berlalu, mereka masih menjalani kehidupan sendiri-sendiri. Sampai pada akhirnya saat Ujian Tengah Smester berlangsung, mereka mengerjakan ujian dihantui dengan perasaan bersalah satu sama lain. Ketika UTS sudah selesai, sepulang sekolah, waktu itu Shilla tidak ada yang menjemput karena orang tuanya sedang pergi dan dia tidak mendapat tebengan karena saat itu sekolah sudah sepi. Waktu Shassa pulang dan melewati gerbang sekolah, ia mendapati Shilla yang sedang menunggu didepan.
“Shilla, kamu pulang sama siapa??” , tanya Shassa.
“Gatau.” , jawab Shilla dengan wajah melas.
“Yaudah bareng aku aja yuk.” (Shilla membonceng dibelakang.)
Hening.
“Eh, La, aku minta maaf yah. Gara-gara aku kita jadi pisah gini. Aku pengen kita kya dulu lagi. Aku kangen kita yang dulu...” , sambil mengendarai sepeda motornya.
“Ehm, aku juga minta maaf ya, Sa. Kan gara-gara aku juga kita jadi kya gini. Aku juga kangen kita yang dulu.”
Hening lagi.
“Shilla, tau nggak??”
“Nggak tau. Nih bentar lagi tau.”
Hening beberapa detik.
“Aku selalu ngebayangin kita bertiga jalan-jalan bareng habis UTS gitu, sekalian refreshing lahh..”
“Yahh, aku juga ngebayangin kya gitu. Dirumah aku keinget kamu terus. Waktu nyuci baju, belajar, nonton tivi, aku berdelusi sama kya kamu gitu. Gimana ntar malem kita kerumah Yona buat ngajak dia jalan-jalan sekalian minta maaf ke dia.”
“Eh, boleh juga tuhh. Yaudah ntar malem ya, aku kabarin kamu, ntar tak jemput. Okehh??”
“Okehh. Udah sampe rumah aku nihh. Yaudah makasih ya. Jangan lupa ntar malem, Sa.” , sambil turun dari motor.”
“Iya iya. Daaahh..” , sambil berlalu meninggalkan Shilla.
            Malam pun tiba, seperti yang dibicarakan Shassa dan Shilla tadi, mereka mau kerumah Yona. Disepanjang perjalanan, mereka terus bercengkrama tentang hal apa saja yang ingin mereka ceritakan. Mulai dari kegiatan mereka dirumah dan yang lainnya. Sesampainya dirumah Yona, Shilla segera menelpon Yona, karena sebelumnya mereka tidak memberitahu Yona.
Satu kali nada sambung, dua kali nada sambung, tiga kali nada sambung, dan akhirnya telepon Shilla diangkat Yona.
“Halo, Yona. Aku udah didepan rumahmu nih.”
“Hah?? Ngapain?”
“Gaada apaapa, keluar cepetan!”
“Oh iya iya, tunggu bentar.”
Beberapa detik kemudian, Yona keluar dengan memakai celana pendek dan kaus oblong serta membawa bantal dipelukannya dan dengan rambut yang basah. Sepertinya dia habis mandi.
“Masuk aja, Shill..” , Yona mengintip dibalik pagar. “Eh, kok ada Shassa juga. Ini sebenernya ada apasihh??”
“Yona, aku minta maaf ya. Gara-gara aku kita jadi musuhan. Aku sama Shilla udah baikan kok. Kita pengen bareng-bareng kya dulu lagi. Kamu mau kan maafin aku?” , pinta Shassa.
‘Iya, lagian aku udah lupa sama kejadian waktu itu kok. Cuma gara-gara cowo aja dipermasalahin. Kan masih banyak cowo diluar sana.”
“Jadinya kita baikan nihh.. Kita kya dulu lagi. Dan sekarang kita mau ngajak kamu jalan-jalan sambil cerita-cerita gituu..” , seru Shilla.
“Ohh, okeh.. Aku ganti baju dulu ya. Kalian duduk dulu aja gihh. Kalian sihh mendadak.”
“Kita juga baru ngrencanain tadi, iya nggak, Sa?”
“Iya. Yaudah cepetan ganti baju sana.”
            Akhirnya setelah peristiwa mendadak itu, mereka kembali seperti dulu lagi. Awalnya mereka makan di cafĂ© dekat rumah Yona dengan menu spaghetti dan minuman es capcin. Setelah itu mereka lanjut jalan-jalan kearah lapangan yang banyak pengunjung. Disana mereka berbagi cerita satu sama lain. Tidak lupa juga mengabadikan semua moment berharga di malam yang berhiaskan bintang itu. Akhirnya mereka bersatu kembali dan menjalani hari seperti dulu lagi.