Ini cerpen tentang persahabatan. Yaiyalah ;)
Sahabat
Terindah yang Pernah Kumiliki..
hilla, Shassa, dan Yona adalah tiga
remaja kece yang gaul dan tidak cukup terkenal di sekolahnya. Mereka mulai
bersahabat sejak berseragam putih abu-abu di kelas X-3. Awalnya mereka belum
saling mengenal satu sama lain. Shilla remaja manis yang suka melamun dan
membuat puisi itu kini satu bangku dengan Yona, remaja cantik yang sangat jail
dan suka foto selfie, meski dulu mereka satu sekolah tapi tidak begitu akrab.
Sedangkan Shassa anak rantauan dari desa yang tersembunyi dibalik pepohonan
rimbun yang sangat suka menyanyi dan pintar acting. Perbedaanlah yang
menyatukan mereka bertiga yang akhirnya membentuk suatu jalinan ikatan
perasaan, yaitu persahabatan.
Mereka
selalu bersama dimana saja dan kapan saja. Belajar bersama, berkelompok, makan
siang, ke perpustakaan, dan apapun yang mereka semua lakukan dengan
bersama-sama. Mereka juga mudah bergaul dan baik dengan teman sekelas mereka
dan juga ramah dengan guru-guru disekolah mereka.
“Tlah ku nyanyikan alunan-alunan
senduku.. Tlah kubisikkan cerita-cerita gelapku.. Tlah ku abaikan mimpi-mimpi
dan ambisiku.. Tapi mengapa, ku takkan bisaa sentuh hatimuuu…” , suara merdu
Shassa yang hampir saja merobohkan gedung baru disekolah mereka.
“Nyanyi aja teruss kamu, Sa. Tuh
abang batagor didepan hampir aja masuk selokan gara-gara denger suara kamu
saking merdunya.” , ledek Shilla setelah selesai menulis goresan tintanya.
“Yeee biarin keles!! Elo aja buat
puisi sok romantic buat pujaan hati lo, ‘Dari Pemuja Rahasiamu’, ceilehh emang
kode dirahasiain segala. Trus yang nyanyi gue, yang masuk selokan abang
batagor. Kenapa elu yang sewot??!!” ,ejek Shassa sambil sok acting menjadi
tokoh antagonis yang gagal casting.
“Yah terserah gue juga keles! Kan
ini hoby gue.” , balas Shilla.
“Hei hei hei.. Kok malah debat sihh??
Kan hari ini abang batagornya gak jualan, sekarang pindah profesi jualan nasi
kucing dipinggir terminal, jadi gabakal masuk selokan gara-gara denger suaranya
Shassa. Yaudah ke kantin aja yuk, trus ke perpus cari tugas.” , Yona mencoba
melerai setelah mengupload foto selfienya ke fesbuk.
“Oh, kok lo tau??” , Shassa.
“Ya taulah, abang batagor namanya
kan Sukimen. Yaudah ayok cepet ntar keburu masuk.” , jelas Yona sambil
menggandeng tangan kedua sahabatnya itu.
Canda
tawa mereka selalu menghiasi hari-hari disekolah bahkan mereka menjadi center
dikelas karena kejailan dan bercanda
mereka yang biasanya membuat rusuh waktu jam istirahat. Begitulah keseharian
mereka, walaupun jarak rumah mereka yang terbilang cukup jauh apalagi rumah
Shassa sampai harus melewati lima hutan rimba, tujuh sungai abadi, dan
bentangan sawah, tapi mereka tetap bersahabat baik melalui lisan maupun tulisan.
Tidak jarang waktu ujian akhir semester tiba, Shilla dan Yona berkunjung
kerumah Shassa sekedar untuk berkunjung dan bermain. Sahabat adalah tempat
mereka untuk bercerita, mencurahkan isi hati, yang mau mengerti dan peduli,
selalu bersama dikala suka maupun duka.
Persahabatan
mereka sangat dekat sampai tidak pernah bertengkar sama sekali dalam hal
sekecil apapun. Tapi semua berubah ketika kenaikan kelas. Mereka terpisah oleh
selembar tembok. Shilla dan Yona masih satu kelas, tapi Shassa beda kelas.
Meski begitu mereka tetap bersahabat baik, awalnya. Lama kelamaan, semenjak
mereka terpisah, mereka lebih sering sibuk dengan urusan masing-masing.
Terlebih ada suatu kejadian yang benar-benar membuat mereka terpecah belah.
Yona yang ternyata diam-diam menyukai teman sekelas Shassa yang juga sedang dia
taksir. Berita itu diketahui dari Shilla yang selalu mampir ke kelas Shassa.
Shilla yang selalu mendengar jeritan hati Shassa bahwa dia sedang menyukai
salah seorang teman di kelas barunya itu. Dan Yona yang juga mencurahkan hati
kepada Shilla bahwa dia tertarik pada pandangan pertama dengan orang yang
disukai Shassa itu.
Shilla
semakin bingung dengan kedua sahabatnya itu yang mulai menyukai orang yang
sama. Akhirnya Shilla memutuskan untuk memberitahu ke Shassa terlebih dahulu.
Mendengar berita itu Shassa berterus terang, dan terjadilah perang dunia ketiga..
“Eh, Yona! Gue nggak suka ya, kalo
elo sampe ngrebut cowo idaman yang lagi gue taksir. Kenapa harus elo suka sama
orang yang juga gue suka?? Apa lo naruh dendam ke gue hhahhh???” , sambil
mendobrak meja dengan mata melotot tepat dimuka Yona.
“Hah?? Kamu ngomong apasihh?? Siapa
yang ngasih tau kamu?” , tanya Yona dengan ekspresi datar.
“Lo gausah belaga gatau gitu ya, lo
pikir gue lagi acting? Lo gaperlu tau gue dapet berita darimana. Yang pasti gue
gasuka kalo lo, sahabat gue sendiri ngrebut cowo yang gue suka.” , dengan suara
rendah dan kali ini matanya tidak semelotot seperti tadi.
“Tapi aku juga udah mendem perasaan
aku waktu pertama kali aku sama dia ketemu.”
“Gue gamau tau, kalo lo masih gamau
ngalah sama gue. Mulai sekarang gaada lagi kata sahabat antara kita.” , sambil
meninggalkan kelas Yona.
Setelah
kejadian sepulang sekolah itu, mereka tidak pernah bersama lagi. Yona dan
Shilla pun sudah mulai berjauhan. Tidak ada lagi kebersamaan, tidak ada lagi
persahabatan, dan tidak ada lagi kata ‘kita’.
Tiga
bulan berlalu, mereka masih menjalani kehidupan sendiri-sendiri. Sampai pada
akhirnya saat Ujian Tengah Smester berlangsung, mereka mengerjakan ujian
dihantui dengan perasaan bersalah satu sama lain. Ketika UTS sudah selesai,
sepulang sekolah, waktu itu Shilla tidak ada yang menjemput karena orang tuanya
sedang pergi dan dia tidak mendapat tebengan karena saat itu sekolah sudah
sepi. Waktu Shassa pulang dan melewati gerbang sekolah, ia mendapati Shilla
yang sedang menunggu didepan.
“Shilla, kamu pulang sama siapa??”
, tanya Shassa.
“Gatau.” , jawab Shilla dengan
wajah melas.
“Yaudah bareng aku aja yuk.” (Shilla
membonceng dibelakang.)
Hening.
“Eh, La, aku minta maaf yah.
Gara-gara aku kita jadi pisah gini. Aku pengen kita kya dulu lagi. Aku kangen
kita yang dulu...” , sambil mengendarai sepeda motornya.
“Ehm, aku juga minta maaf ya, Sa.
Kan gara-gara aku juga kita jadi kya gini. Aku juga kangen kita yang dulu.”
Hening lagi.
“Shilla, tau nggak??”
“Nggak tau. Nih bentar lagi tau.”
Hening beberapa detik.
“Aku selalu ngebayangin kita
bertiga jalan-jalan bareng habis UTS gitu, sekalian refreshing lahh..”
“Yahh, aku juga ngebayangin kya
gitu. Dirumah aku keinget kamu terus. Waktu nyuci baju, belajar, nonton tivi,
aku berdelusi sama kya kamu gitu. Gimana ntar malem kita kerumah Yona buat
ngajak dia jalan-jalan sekalian minta maaf ke dia.”
“Eh, boleh juga tuhh. Yaudah ntar
malem ya, aku kabarin kamu, ntar tak jemput. Okehh??”
“Okehh. Udah sampe rumah aku nihh.
Yaudah makasih ya. Jangan lupa ntar malem, Sa.” , sambil turun dari motor.”
“Iya iya. Daaahh..” , sambil
berlalu meninggalkan Shilla.
Malam
pun tiba, seperti yang dibicarakan Shassa dan Shilla tadi, mereka mau kerumah
Yona. Disepanjang perjalanan, mereka terus bercengkrama tentang hal apa saja
yang ingin mereka ceritakan. Mulai dari kegiatan mereka dirumah dan yang
lainnya. Sesampainya dirumah Yona, Shilla segera menelpon Yona, karena
sebelumnya mereka tidak memberitahu Yona.
Satu kali nada
sambung, dua kali nada sambung, tiga kali nada sambung, dan akhirnya telepon
Shilla diangkat Yona.
“Halo, Yona. Aku udah didepan
rumahmu nih.”
“Hah?? Ngapain?”
“Gaada apaapa, keluar cepetan!”
“Oh iya iya, tunggu bentar.”
Beberapa detik
kemudian, Yona keluar dengan memakai celana pendek dan kaus oblong serta
membawa bantal dipelukannya dan dengan rambut yang basah. Sepertinya dia habis
mandi.
“Masuk aja, Shill..” , Yona
mengintip dibalik pagar. “Eh, kok ada Shassa juga. Ini sebenernya ada
apasihh??”
“Yona, aku minta maaf ya. Gara-gara
aku kita jadi musuhan. Aku sama Shilla udah baikan kok. Kita pengen
bareng-bareng kya dulu lagi. Kamu mau kan maafin aku?” , pinta Shassa.
‘Iya, lagian aku udah lupa sama
kejadian waktu itu kok. Cuma gara-gara cowo aja dipermasalahin. Kan masih
banyak cowo diluar sana.”
“Jadinya kita baikan nihh.. Kita
kya dulu lagi. Dan sekarang kita mau ngajak kamu jalan-jalan sambil
cerita-cerita gituu..” , seru Shilla.
“Ohh, okeh.. Aku ganti baju dulu
ya. Kalian duduk dulu aja gihh. Kalian sihh mendadak.”
“Kita juga baru ngrencanain tadi,
iya nggak, Sa?”
“Iya. Yaudah cepetan ganti baju
sana.”
Akhirnya
setelah peristiwa mendadak itu, mereka kembali seperti dulu lagi. Awalnya
mereka makan di café dekat rumah Yona dengan menu spaghetti dan minuman es
capcin. Setelah itu mereka lanjut jalan-jalan kearah lapangan yang banyak
pengunjung. Disana mereka berbagi cerita satu sama lain. Tidak lupa juga
mengabadikan semua moment berharga di malam yang berhiaskan bintang itu. Akhirnya
mereka bersatu kembali dan menjalani hari seperti dulu lagi.